Jumat, 06 Maret 2015

MACAM-MACAM BID’AH

     Ulama’ membagi bid’ah menjadi dua bagian, yaitu bid’ah hasanah  dan bid’ah sayyiah.  Bid’ah hasanah dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu hasanah wajibah, hasanah mandubah dan hasanah mubahah. 

  

1.         Bid’ah hasanah Wajibah
Bid’ah hasanah wajibah adalah segala perbuatan yang termasuk kategori kaidah-kaidah wajib dan termasuk dalam kehendak dalil agama. Misalnya, mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushhaf, atau menetapkan kaidah–kaidah untuk menggali hukum Al-Qur’an. Perbuatan ini dianggap sebagai bid’ah, karena tidak ada praktik dan contoh pada masa nabi Muhammad saw.

 
2.         Bid’ah hasanah mandubah
Bid’ah wajibah mandubah adalah perbuatan yang termasuk dalam kategori kaidah-kaidah nadb (sunnah), misalnya mengerjakan sholat tarawih secara berjamaah pada bulan ramadhan. Perbuatan ini dalam kategori bid’ah, karena tidak pernah dilakukan oleh rasulullah saw, pelaksanaan sholat tarawih berjamaah tersebut pertama kali dilakukan oleh sahabat Umar Ibn Khattab.
3.         Bid’ah Hasanah Mubahah
Bid’ah hasanah mubahah adalah segala perbuatan yang termasuk dalam kategori perbuatan yang dibolehkan (mubah), seperti menggunakan pengeras suara ketika adzan.
          Sedangkan bid’ah Sayyiat dibagi menjadi dua bagian yaitu, bid’ah makruhah dan bid’ah muharromah. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.         Bid’ah makruhah
Bid’ah makruhah adalah pekerjaan yang termasuk ke dalam kategori perbuatan yang dibenci (makruh). Misalnya menambah-nambah perbuatan sunnah yang sudah ada batasnya.
2.         Bid’ah muharromah    
Bid’ah muharromah adalah segala perbuatan yang termasuk ke dalam kategori yang diharamkan. Seperti melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajara agama Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi saw, bid’ah ini disebut sebagai bid’ah haqiqiyah.
Dari aspek syari’at, para ulama’ membagi bid’ah ke dalam dua jenis yaitu, bid’ah al-adiyah (bid’ah dalam kebiasaan / adat sehari-hari) dan bid’ah ta’abudiyah (bid’ah dalam beribadah).
1.         Bid’ah Al-adiyyah adalah adat kebiasaan duniawi yang telah diserahkan oleh Rasulullah saw,  kepada umatnya untuk dilaksanakan atau ditinggalkan. Hal ini sebagaimana dalam hadits nabi Muhammad saw, :“kamu lebih tahu dengan urusan duniamu” (H.R. Muslim).
2.         Bid’ah ta’abudiyah adalah segala perbuatan bid’ah yang tidak dilakukan pada zaman Rasulullah saw. bid’ah ini harus dilihat apakah termasuk kategori wajib, mandub atau makruh.
Dari keterangan diatas macam-macam bid’ah dapat dirinci menjadi lima macam, seperti halnya lima macam hukum syari’at, yaitu bid’ah wajibah (bid’ah yang wajib dilakukan), bid’ah mustahabbah (bid’ah yang dianjurkan untuk dilaksanakan), bid’ah makruhah (bid’ah yang tidak dianjurkan untuk dilakukan), bid’ah mubahah (bid’ah yang boleh untuk dilakukan) dan bid’ah muharromah (bid’ah yang tidak boleh untuk dilakukan).
Dengan pembagian bid’ah secara rinci kita memperoleh wawasan luas tentang pengertian bid’ah, sehingga kita tidak mudah mengatakan sesuatu yang baru itu mesti bid’ah. Apakah sesuatu yang baru itu ada masalahnya seperti penembangan ilmu pengetahuan atau sesuatu yang baru yang semestinya tidak mengada-ada seperti yasinan dan tahlilan. Sebab pada dasarnya yasinan dan tahlilan berisi bacaan Al-Qur’an, tahlil, tahmid, tasbih, shalawat nabi dan kalimat-kalimat tayibah lainnya yang kesemuannya itu bukan merupakan hal baru tetapi sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. namun para ulama’ membentuk susunan baru tanpa mengubah isinya. Ini merupakan sesuatu yang tidak mengada-adakan yang baru (bid’ah) tetapi sudah ada pada masa Rasulullah saw, dan hanya bentuknya saja yang divariasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar